Rabu, 19 November 2014

Cut Nyak Dien

Pahlawan Kemerdekaan Nasional kelahiran Lampadang,  Aceh, tahun 1850, ini sampai akhir hayatnya teguh memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Wanita yang dua kali menikah ini, juga bersuamikan pria-pria pejuang. Teuku Ibrahim Lamnga, suami pertamanya dan Teuku Umar suami keduanya adalah pejuang-pejuang kemerdekaan bahkan juga pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Jiwa pejuang memang sudah diwarisi Cut Nyak Dien dari ayahnya yang seorang pejuang kemerdekaan yang tidak kenal kompromi dengan penjajahan. Dia yang dibesarkan dalam suasana memburuknya hubungan antara kerajaan Aceh dan Belanda semakin mempertebal jiwa patriotnya.

Ketika Lampadang, tanah kelahirannya, diduduki Belanda pada bulan Desember 1875,
Cut Nyak Dien
terpaksa mengungsi dan berpisah dengan ayah serta suaminya yang masih melanjutkan perjuangan. Perpisahan dengan sang suami, Teuku Ibrahim Lamnga, yang dianggap sementara itu ternyata menjadi perpisahan untuk selamanya.
Cut Nyak Dien
yang menikah ketika masih berusia muda, begitu cepat sudah ditinggal mati sang suami yang gugur dalam pertempuran dengan pasukan Belanda di Gle Tarum bulan Juni 1878.

Begitu menyakitkan perasaaan Cut Nyak Dien akan kematian suaminya yang semuanya bersumber dari kerakusan dan kekejaman kolonial Belanda. Hati ibu muda yang masih berusia 28 tahun itu bersumpah akan menuntut balas kematian suaminya sekaligus bersumpah hanya akan menikah dengan pria yang bersedia membantu usahanya menuntut balas tersebut. Hari-hari sepeninggal suaminya, dengan dibantu para pasukannya, dia terus melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda.

Dua tahun setelah kematian suami pertamanya atau tepatnya pada tahun 1880, Cut Nyak Dien menikah lagi dengan Teuku Umar, kemenakan ayahnya. Sumpahnya yang hanya akan menikah dengan pria yang bersedia membantu menuntut balas kematian suami pertamanya benar-benar ditepati. Teuku Umar adalah seorang pejuang kemerdekaan yang terkenal banyak mendatangkan kerugian bagi pihak Belanda. Teuku Umar telah dinobatkan oleh negara sebagai pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Sekilas mengenai Teuku Umar. Teuku Umar terkenal sebagai seorang pejuang yang banyak taktik. Pada tahun 1893, pernah berpura-pura melakukan kerja sama dengan Belanda hanya untuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang. Setelah tiga tahun berpura-pura bekerja sama, Teuku Umar malah berbalik memerangi Belanda. Tapi dalam satu pertempuran di Meulaboh pada tanggal 11 Pebruari 1899, Teuku Umar gugur.

Cut Nyak Dien kembali sendiri lagi. Tapi walaupun tanpa dukungan dari seorang suami, perjuangannya tidak pernah surut, dia terus melanjutkan perjuangan di daerah pedalaman Meulaboh. Dia seorang pejuang yang pantang menyerah atau tunduk pada penjajah. Tidak mengenal kata kompromi bahkan walau dengan istilah berdamai sekalipun.

Perlawanannya yang dilakukan secara bergerilya itu dirasakan Belanda sangat mengganggu bahkan membahayakan pendudukan mereka di tanah Aceh, sehingga pasukan Belanda selalu berusaha menangkapnya tapi sekalipun tidak pernah berhasil.

Tapi seiring dengan bertambahnya usia, Cut Nyak Dien pun semakin tua. Penglihatannya mulai rabun dan berbagai penyakit orang tua seperti encok pun mulai menyerang. Di samping itu jumlah pasukannya pun semakin berkurang, ditambah lagi situasi yang semakin sulit memperoleh makanan.

Melihat keadaan yang demikian, anak buah Cut Nyak Dien merasa kasihan kepadanya walaupun sebenarnya semangatnya masih tetap menggelora. Atas dasar kasihan itu, seorang panglima perang dan kepercayaannya yang bernama Pang Laot, tanpa sepengetahuannya berinisiatif menghubungi pihak Belanda, dengan maksud agar Cut Nyak Dien bisa menjalani hari tua dengan sedikit tenteram walaupun dalam pengawasan Belanda. Dan pasukan Belanda pun menangkapnya.

Begitu teguhnya pendirian Cut Nyak Dien sehingga ketika sudah terkepung dan hendak ditangkap pun dia masih sempat mencabut rencong dan berusaha melawan pasukan Belanda. Pasukan Belanda yang begitu banyak akhirnya berhasil menangkap tangannya. Dia lalu ditawan dan dibawa ke Banda Aceh.

Tapi walaupun di dalam tawanan, dia masih terus melakukan kontak atau hubungan dengan para pejuang yang belum tunduk. Tindakannya itu kembali membuat pihak Belanda berang sehingga dia pun akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat. Di tempat pembuangan itulah akhirnya dia meninggal dunia pada tanggal 6 Nopember 1908, dan dimakamkan di sana.

Perjuangan dan pengorbanan yang tidak mengenal lelah didorong karena kecintaan pada bangsanya menjadi contoh dan teladan bagi generasi berikutnya. Atas perjuangan dan pengorbanannya yang begitu besar kepada negara, Cut Nyak Dien dinobatkan menjadi
pahlawan
Kemerdekaan Nasional. Penobatan tersebut dikuatkan dengan SK
Presiden RI
No.106 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964.

Sosok yang dapat dijadikan teladan bagi generasi mendatang antara lain :

*                  Cut Nyak Dien memperoleh pendidikan bidang agama. Ia mendapat pengajaran agama dari guru ngaji-nya, juga cerdas dalam hal strategi perang. Dan keahlian hidup dengan baik dari orang tua dan gurunya. Orang tuanya mengajarkan beliau keahlian untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik. Diajarkannya mulai dari memasak, mengurus suami, serta hal–hal kecil lainnya terkait kehidupan rumah tangga.
Penjelasan :
Sejak kecil, ia dibesarkan dalam keluarga bangsawan dan memiliki wajah yang cantik. Sehingga memikat para pemuda untuk melamarnya. Namun tak lantas semua yang dimilikinya tak menyurutkan nilai agama yang dipegangnya. Mendapatkan pengajaran agama dari gurunya, membawanya mahir menghafal Al-quran, dan cerdas dalam menyusun strategi. Dua hal ini penting diteladani kaum hawa, dan dapat menjadi panutan bagi negeri ini, terutama dari kecerdasannya dalam memimpin dan mendalami pengetahuan agama Islam.
Menjadi Ibu Rumah Tangga yang baik, juga patut dipahami dalam kehidupan keluarga. Menciptakan keharmonisan di dalamnya, menjunjung tinggi sikap kekeluargaan, serta membina hubungan keluarga agar tertata dengan baik pula. Hal ini harusah ditanamkan dalam diri menginjak usia yang sudah mapan. Jika dilihat, masih kurang kepedulian dan kesadaran remaja untuk melakukan hal semacam itu.

*                  Dia yang dibesarkan dalam suasana memburuknya hubungan antara kerajaan Aceh dan Belanda semakin mempertebal jiwa patriotnya. Perjuangan berlanjut dengan meenggunakan taktik perang Gerilya. Perang ini tidak hanya perjuangan dalam mengusir penjajah Belanda, namun juga merupakan upaya untuk menegakan agama Allah dan di namakan perang fi’sabililah yaitu perang di jalan Allah melawan kafir Belanda.

Penjelasan :
Semakin besar cobaan, semakin besar jiwa yang menggelora untuk melakukan aksi perlawanan atas tindakan kolonaial Belanda. Semangat Cut Nyak Din yang sangat berapi-api dalam melawan penjajah, tetapi tidak melupakan kodratnya sebagai wanita. Sangat jarang orang yang kita temui maupun orang sekitar kita, semangat yang diperbuat Cut Nyak Dien mulai luntur ditelan oleh kesenjangan sosial dan perkembangan era serba guna ini. Terlihat jelas, para emuda sekarang mudah puts asa dan menghindar dari masalah yang dihadapinya bahkan angat jarang ditemui masyarkat zaman ini.
Ada sebuah kisah nyata sepasang dua anak berasal dari desa bernama Pemalang, yang berkeinginan bertemu dengan orang tuanya msing-masing yang bekerja di ibu kota metropolitan. Keduanya memiliki hasratnya yang tinggi hingga membuatnya nekat pergi demi mencari sosok yang diinginkannya. Bermodalkan sepeda dan sebatas memori seorang anak yang pernah berangkat ke Jakarta sebelmnya, dengan mengingat jalur jalannya menuju pusat kota Jakarta.
Alhasil, dalam dua hari mereka tak kunjung sampai namun salah seorang anak dipertemukan dengan ayah kandung lanjut usia yang bekerja sebagai tukang becak di kota itu. Sedangkan anak yang satunya ingin terus menemukan orang tuanya itu. Kisah ini ditayangkan dalam stasiun TV swasta bertajuk bincang-bincang.
Jujur, saya belum mencapai sifat kedua anak ini. Dan kisah nyata ini memberikan inspirasi bagi yang menontonnya, semga saja.

*                  Ketika suami pertamanya meninggal akibat perang, seraya bersumpah hanya ingin menikah lagi dengan pria yang bersedia membantu usahanya menuntut balas kematian suaminya sekaligus bersumpah hanya akan menikah dengan pria yang bersedia membantu usahanya. Hari-hari sepeninggal suaminya, dengan dibantu para pasukannya, dia terus melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda.

Penjelasan :
Di zaman reformasi ini masih jarang yang menikah dalam keadaan seperti keterangan di atas. Berbalik dari kenyataan sekarang yang hanya menikah dengan seseorang dari segi materi maupun fisik orang tersebut, atas dasar keinginannya dalam tujuan yang sama untuk melepaskan belenggu dari perlakuan Belanda. Sekarang, masih adakah wanita seperti dalam dunia serba canggih ini?

*                  Begitu teguhnya pendirian Cut Nyak Dien sehingga ketika sudah terkepung dan hendak ditangkap pun dia masih sempat mencabut rencong dan berusaha melawan pasukan Belanda. Pasukan Belanda yang begitu banyak akhirnya berhasil menangkap tangannya. Dia lalu ditawan dan dibawa ke Banda Aceh. Perjuangan dan pengorbanan yang tidak mengenal lelah didorong karena kecintaan pada bangsanya menjadi contoh dan teladan bagi generasi berikutnya. Atas perjuangan dan pengorbanannya yang begitu besar kepada negara, Cut Nyak Dien dinobatkan menjadi pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Penjelasan :

Kondisi fisik Cut Nyak Dien yang semakin renta turut drop serta pasukannya yang melemah. Walaupun, tetap saja ia dan pasukannya melakukan pertempuran demi pertempuran sampai akhir. Sampai akhir hayatnya dalam jeruji penjara tak pernah menyerah terhadap Belanda, jika dibandingkan pada zaman ini sangat jarang menonjolkan sifat keteladanan seorang pahlawan dari Aceh ini. Dan terkadang terlupa sekali lagi, anak-anak kita dan mungkin juga kita telah melupakan akan tangis perjuangan seorang Cut Nyak Dien. Kita melupakannnya karena tidak perlu dan tidak penting untuk kita ingat untuk sejenak merenung keteladan seorang pahlawan besar kita Cut Nyak Dien.
Sikap mabuk-mabukan, balapan, sudah menjadi hal yang lumrah para remaja, bahkan korupsi  bagaimana nasib bangsa tahun berikutnya? Apakah bernasib sama sepert yang diaami bangsa terdahulu”? Akankah bumi petiwi akan menangis melihat suasana memburuk negara tercinta ini, ?
Sepak terjang dan keteladanannya Cut Nyak Dien mungkin hanya hadir di dalam buku-buku sejarah dasar pendidikan kita dan mungkin juga telah lupa dan lapuk oleh zaman. keteladanan ini seolah telah kering makna kena media infotainment kita lebih banyak mengungkap sisi kebobrokan moral selebritis kita tanpa keseimbangan pemberitaan tentang sebuah keteladanan.

Dari sekian banyak pahlawan yang telah mengrbankan dirinya melwan colonial, salah satu pejuang wnita yang mungkin sudah dilupan tertimpa era zaman serba guna, Cut Nyak Dien (1850-1908) Perempuan Aceh Berhati Baja Pahlawan sekaligus pahlawan nasional Cut Nyak Dhien merupakan sosok perempuan disiplin dan luar biasa serta idealisme pantang menyerah. Sosok dan semangat seperti ini agaknya perlu diteladani dan diaplikasikan agar kaum perempuan cerdas dalam kehidupan di bidang ekonomi, politik dan kepemimpinan.
Untuk mewujudkan semua itu diperlukan kerjasama semua pihak dan kaum perempuan hendaknya mampu meningkatkan kualitas seperti yang diperlihatkan pahlawan nasional Cut Nyak Dhien. Pemerintah kini sudah membuka ruang gerak bagi perempuan berkiprah di bidang politik dan ini harus dimanfaatkan, katanya.
Ruang gerak bagi perempuan sudah terbuka, kini tinggal bagaimana cara mengisinya. Perempuan harus memiliki idealisme agar dapat mengisi kesempatan yang terbuka itu. Kemitraan penting untuk mewujudkan semua ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Subscribe to our Newsletter

Contact our Support

Email us: socialadamsmith@gmail.com

Email us: muhammadhasrulusman@live.com

Our Team Memebers